Kejutan Terindah

LINE.....Mungkin sebagian besar pengguna android dan iphone, aplikasi ini bukan sesuatu yang baru. 
ya dari sini lah mulainya perubahan hidupku, sedikit cerita sebelum aku mengenal aplikasi yang satu ini, aku sempat berfikir bisnis ku tidak akan maju jika AKU SENDIRIAN kemudian selintas sebuah pertanyaan bagaimana agar aku bisa mengenal orang-orang yang memiliki tujuan yang sama?, lalu aku mengadu padaMU ya Allah :) dan kau pertemukan aku dengan LINE dari seorang pria hebat yang sebelumnya aku tahu sebelumnya yaitu Ali Akbar @pakarSEO

dari sinilah mimpi besarku dimulai, dan dari sinilah aku ingin mengukirnya bersama teman-teman LINEku
tawa, canda dan ledekan kita lalui saat bulan ramadhan berjalan, butiran-bituran ilmu yang diberikan guruku pak ali akbar bagaikan hujan yang membasahi tubuh dan jiwa kami, basah tapi menyegarkan, dingin tapi menghangatkan, ramai tapi menenangkan mungkin ini lah istilah yang bisa aku ibaratkan dari sosoknya yang sederhana. beliau rangkul kami tanpa melihat siapa kami, beliau bimbing kami tanpa melihat keturunan kami. yang ku lihat dari kepribadiannya ialah seolah mengatakan "mereka adalah saudaraku dan inilah hadiah yang bisa aku berikan" :)

dari LINE aku bertemu dengan orang-orang hebat, dari LINE juga lah aku bertemu dengan teman-teman yang hebat, yang punya cita-cita tinggi dan bersemangat untuk dapetin impian mereka. aku memang tak sehebat mereka dan tidak seberpengalaman mereka tapi satu hal yang pasti tujuan kita semua sama yaitu sama-sama ingin sukses. teman-teman semoga kita termasuk orang yang "untung, beruntung dan menguntungkan".. Aamiin
Share

Pasangan serasi itu adalah SEPATU


Pasangan terbaik itu bagaikan sepasang sepatu, belajar dari sepatu

1. Saat dipakai jalan sepasang sepatu tidak pernah KOMPAK tapi tujuannya selalu SAMA.

2. Sepasang sepatu bentuknya tidak sama persis tapi kelihatan SERASI.

3. Sepasang sepatu tidak pernah bisa tukeran posisi tapi mereka saling MELENGKAPI.

4. Sepasang sepatu selalu sederajat enggak ada yang merasa lebih RENDAH atau TINGGI.

5. Sepasang sepatu bila yang satu hilang maka yang lain tidak memiliki ARTI.

Share

Barrakallah


ya Allah, ya Tuhan ku jangan biarkan aku hidup seorang diri, sebaik-baik pewaris Engkaulah pewaris yang paling baik...

bulan ini salah satu sahabatku dan seseorang wanita yang aku kagumi menikah.
aku senang melihat mereka bahagia
aku senang mereka telah dipertemukan dengan jodohnya
aku senang melihat  mereka dengan usia masih tergolong muda telah berani memutuskan untuk menikah
selamat buat kalian yang telah menempuh hidup baru
semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warrohmah

ya allah dalam hati ini aku percaya dan aku yakin Engkau maha adil. Engkau maha mengetahui apapun yang baik untuk ku. semua Engkau atur dengan sempurna semua akan indah pada waktunya.
ya allah sebelum Kau panggil aku kesisimu biarkan aku menjalankan apa yang telah Kau wajibkan kepada ku oleh sebab itu jadikan aku pribadi yang lebih baik
Share

Tidak ada jalan semulus SUTRA


ada yang pernah bilang "kalau takut hidup mati aja, takut mati ya jangan hidup, kalau berani hidup maka harus berani juga mati". memang terdengar kasar tapi kata-kata itu benar setiap manusia yang hidup pada akhirnya akan mati, gak ada seorangpun yang bisa lari dari kematian dan selama manusia hidup maka tidak akan lepas dari masalah. banyak yang bilang hidup itu keras, hidup itu kejam sebenarnya itu semua tergantung bagaimana manusia itu menilai pada masalahnya. Tuhan memberi kita cobaan itu pertanda bahwa Dia sayang pada umatnya, setiap masalah pasti ada pelajaran di dalamnya sekarang tugas kita bagaimana menjalankannya dan menyelesaikan masalah itu dengan sempurna tanpa menimbulkan masalah yang baru. masalah adalah salah satu pelajaran pendewasaaan artinya menghindar dari masalah tidak akan menyelesaikan apapun. yang benar adalah HADAPI, HAYATI dan NIKMATI

hadapi yaitu mencoba mencari cara untuk menyelesaikan masalah tersebut. setiap masalah selalu ada jalan keluar. dalam artikel yang sebelumnya saya pernah memposting sulitnya mencari tenaga kerja tapi saat ini masalah itu sudah teratasi saat ini sudah ada dua tenaga kerja yang membatu usaha saya syukur alhamdullillah. setelah itu selesai? TIDAK... masalah baru muncul kedua orang tersebut sedang menjalankan kewajiban mereka masing-masing yang satu sedang mempersiapkan masuk ke tingkat menengah atas dan satu lagi baru saja pindah rumah entah kenapa waktunya berdekatan alhasil saya kembali merasa bekerja seorang diri, walau bukan berarti mereka tidak ingin bekerja lagi dengan saya tapi ini cukup membuat saya stress. saya percaya semua akan terlewati dan LAGI  kesabaran saya sedang diuji. alhamdulillah

hayati yaitu mencoba untuk berfikir positif. setiap masalah pasti ada hikmah dibalik ini semua Allah tidak akan memberi kita masalah hanya dengan kesiasian. RUGI jika kita tidak pernah belajar dari masalah yang terjadi semua itu hanya menjadi beban tanpa mendapatkan hikamahnya. buat daftar sebanyak-banyaknya hal yang bisa kita petik dari sana. saya merasa lebih sabar dan percaya bahwa ini akan berlalu hidup ini bukan saya yang mengatur jadi kenapa harus dipusingkan? pasrahkan saja semua padaNya.

nikmati yaitu tetap menjalankan apa yang telah kita putuskan. hidup masih terus berjalan maka jangan pernah berhenti jadilah manusia bermental baja selama semua yang kita jalankan itu baik maka yakinlah hasilnya akan baik juga semua masalah butuh itu proses maka nikmati prosesnya dan jangan menngeluh. percaya, optimis dan bertekatlah jika ingin menjadi orang besar.
Share

kisah ayah tiri


Sebuah kisah nyata yang dikutip dari sebuah Tulisan'' Sebuah kisah inspiratif & memberikan motivasi hidup. "Ayah kandungku meninggal krn kanker paru² stadium akhir saat saya berusia 6 thn. Beliau juga meninggalkan Ibu & Adik saya yg masih berusia 2 thn. Sejak saat... itu kehidupan kami se-hari² sangat sulit. Setiap hari Ibu bekerja membanting tulang di sawah hanya cukup utk menyelesaikan masalah perut saja. Saat saya berusia 9 thn, Ibu menikah lagi & menyuruh kami memanggilnya Ayah. Pria tsb adlh Ayah Tiri saya. Utk selanjutnya Beliau yg menopang keluarga kami. Dlm ingatan masa kecil, Ayah Tiri saya seorang yg sangat rajin, Beliau juga sangat menyayangi Ibu. Pekerjaan apa saja dlm keluarga yg membutuhkan tenaganya akan Beliau lakukan, selamanya tdk membiarkan Ibu utk campur tangan. Se-hari² Ayah Tiri adlh orang yg pendiam. Usianya kira² 40-an lebih, berperawakan tinggi & kurus, tetapi bersemangat. Dahinya hitam, memiliki sepasang tangan besar yg kasar, di wajahnya yg kecoklatan terdapat sepasang mata kecil yg cekung. Ayah Tiri saya mempunyai suatu kebiasaan, tdk peduli pergi kemana pun, diatas pinggangnya selalu terselip sebatang pipa rokok antik berwarna coklat kehitaman. Setiap ada waktu senggang dia selalu menghisap rokok menggunakan pipa itu. Sejak dulu saya tdk suka dgn perokok, oleh karenanya saya juluki dia dgn sebutan “setan perokok”. Dlm ingatan saya, Ayah Tiri selalu tenang dlm menghadapi segala persoalan, tdk peduli besar kecilnya permasalahan selalu dihadapinya dgn santai. Namun hanya krn sebatang pipa rokok, Ayah Tiri tlh memberikan saya satu tamparan yg sangat keras. Teringat wkt itu Ayah Tiri baru saja menjadi anggota keluarga kurang lebih ½ thn, suatu hari saya menyembunyikan pipa rokoknya. Hasilnya, Beliau selama bbrp hari merasa gelisah & tdk tenang, sepasang matanya merah laksana berdarah. Akhirnya krn saya diinterogasi dgn keras olh ibu, dgn berat hati saya menyerahkan pipa rokok itu. Ketika saya menyerahkan pipa itu kehadapan Ayah Tiri, Beliau menerimanya dgn tangan gemetaran & tak lupa Beliau memberikan saya satu tamparan keras, kedua matanya berlinangan air mata. Saya sangat ketakutan & menangis, Ibu menghampiri & memeluk kepala saya lalu berkata, “Lain kali jgn pernah menyentuh pipa rokok itu, mengertikah kamu? Pipa itu adlh nyawanya!” Stlh kejadian itu, pipa rokok itu menjadi penuh misteri bagiku. Saya berpikir, “Ada apa dgn pipa itu shg membuat Ayah Tiri bisa meneteskan air mata? Pasti ada sebuah kisah tentangnya.” Mungkin tamparan itu tlh menyebabkan dendam terhadap Ayah Tiri, gak peduli bgmnpun jerih payah pengorbanannya, saya gak pernah menjadi terharu. Sejak usia belia, saya selalu berpendapat Ayah Tiri sama jahatnya spt Ibu Tiri dlm dongeng Puteri Salju. Sikap saya terhadap Àyah Tiri sangat dingin, acuh tak acuh, lebih² jangan harap menyuruh saya memanggil dia “Ayah”. Tapi ada sebuah peristiwa yg membuat saya mulai ada sedikit kesan baik terhadap Ayah Tiri. Suatu hari ketika saya baru pulang sekolah, begitu masuk rumah segera melihat kedua tangan Ibu memegangi perut sambil berteriak kesakitan. Ibu ber-guling² di ranjang, butiran besar keringat dingin bercucuran di wajahnya yg pucat. Celaka! Penyakit maag Ibu kambuh lagi! Saya & Adik menangis mencari Ayah Tiri yg bekerja di sawah. Mendengar penuturan kami, dia segera membuang cangkul ditangannya, sandal pun gak sempat dia pakai. Sesampai di rumah tanpa berkata apapun, segera menggendong Ibu ke rumah sakit spt orang sedang kesurupan. Ketika Ibu & Ayah Tiri kembali ke rumah, hari sudah larut malam, Ibu kelelahan tertidur pulas di atas pundak Ayah Tiri. Melihat kami berdua, Ayah Tiri dgn nafas ter-sengal², tertawa & berkata kpd kami, “Beres, sdh tdk ada masalah. Kalian pergilah tidur, besok masih hrs bersekolah!” Saya melihat butiran keringat sebesar kacang berjatuhan bagai butiran mutiara yg terburai, jatuh pd sepasang kaki besarnya yg penuh tanah. Kesengsaraan yg saya alami dimasa kecil, membuat saya memahami penderitaan seorang petani. Saya menumpahkan segala harapan saya pd ujian masuk ke Universitas. Tetapi pertama kali mengikuti ujian, saya mengalami kegagalan. “Bu, saya sangat ingin mengulang sekali lagi,” pinta saya pd Ibu. “Nak, kamu tahu sendiri keadaan ekonomi kita, adikmu juga masih sekolah di SMA, kesehatan Ibu juga tdk baik, pengeluaran dlm keluarga semua menggantungkan Ayahmu. Lihatlah sendiri ada berapa gelintir orang di desa ini yg mengenyam pendidikan SMA? Ibu berpendapat kamu pulang ke rumah utk membantu Ayahmu!” Tp saya sdh menetapkan niat, bersikap teguh tdk mau mengalah. Saat itu Ayah Tiri tdk mengatakan apa², Beliau duduk di halaman luar menghisap rokok dgn pipa kesayangannya. Saya tdk tahu di alm benaknya sedang memikirkan apa. Esok harinya Ibu berkata pd saya, “Ayah setuju kamu kuliah, giatlah belajar!” Ayah Tiri menjadi orang yg pertama kali menerima & membaca surat penerimaan mahasiswa saya. “Bu, anak kita diterima diperguruan tinggi!” teriaknya. Saya & Ibu berlari keluar dr dapur. Ibu melihat & membolak-balik surat panggilan itu meski satu huruf pun dia tdk mengenalinya. Tetapi kegembiraan itu tersirat dr tingkah lakunya. Malam itu tak tahu mengapa Ayah Tiri sangat gembira hingga bicaranya juga banyak. Saya mengambil botol arak dimeja makan & dgn sikap sangat hormat menuangkan arak itu satu gelas penuh utk Ayah Tiri. Hitung² sbg rasa terima kasih atas jerih payahnya selama 1 thn! Dgn takjub Ayah Tiri memandang ke arah saya, wajahnya penuh dgn kegembiraan. Sekali mengangkat gelas & meneguk habis, mulutnya tak henti-²nya berkata, “Patut, sangat patut sekali!” Tetapi utk selanjutnya biaya uang sekolah perguruan tinggi sejumlah 4.000 yuan itu membuat keluarga cemas. Ibu mengeluarkan segenap uang tabungannya serta menjual & meminjam kesana kemari, tetap masih kurang 500 yuan. "Gimana nih? Kuliah akan dimulai satu hari lagi". Saat makan malam, hidangan diatas meja tdk ada seorang pun yg menyentuhnya. Ibu menghela napas panjang sedangkan Ayah Tiri berada disampingnya sambil merokok, sibuk memperbaiki alat tani ditangannya, saya tdk tahu mengapa hatinya begitu tenang? Suara napas Ibu membuat hati saya hancur luluh lantak. “Sudahlah saya tdk mau kuliah! Apa kalian puas?” Saya berdiri dgn gusar, & bergegas masuk kamar, merebahkan diri di ranjang lalu mulai menangis…….. Saat itu saya merasakan ada satu tangan besar yg keras me-nepuk² pundak saya, “Sudah dewasa masih menangis, besok Ayah pergi berusaha, kamu pasti bisa kuliah.” Malam itu Ayah membawa pipa rokoknya, menghisap seorang diri di halaman rumah hingga larut malam, percikan api rokok yg sekejap terang & gelap menyinari wajahnya yg banyak mengalami pahit getir kehidupan. Dia memejamkan sepasang mata, raut wajahnya menyembunyikan perasaan & sangat berat. Kepulan asap rokok dgn ringan menyebar didepan matanya, mengaburkan pandangan, tak seorang pun tahu apa yg sedang dia pikirkan, tetapi yg pasti dlm hatinya tdk tenang. Besoknya Ibu memberitahu saya bhw Ayah Tiri pergi ke kabupaten. “Pergi utk apa?” Percikan bunga api dr harapan hati saya tersirat keluar. “Dia bilang pergi ke kota mencari teman menanyakan apakah bisa pinjami uang.” “Apa usaha temannya?” Ibu menggelengkan kepala, mulutnya bergumam, “Gak tahu.” Hari itu saya menunggu di depan desa, memandang ke arah jalan kecil yg ber-kelok². Utk kali pertama perasaan hati saya ada semacam dorongan ingin bertemu Ayah Tiri, & utk kali pertama saya merasakan berharganya sosok Ayah Tiri dlm jiwa saya, masa depan saya tergantung pd dirinya. Hingga malam saya baru melihat Ayah Tiri pulang. Saat saya melihat wajahnya yg penuh senyuman, hati saya yg selalu cemas, akhirnya bisa merasa lega. Ibu bergegas mengambil seember air hangat utk merendam kakinya. “Celupkanlah kakimu, berjalan pulang pergi 40 ㎞ perjalanan cukup membuat lelah.” Dgn lembut Ibu berkata pd Ayah Tiri. Saya mengamati wajah Ayah Tiri dgn saksama, & menemukan bhw Beliau bukan lagi seorang pria yg masih kuat & kekar spt dulu. Wajahnya pucat pasi & bibir membiru, dahinya hitam penuh dgn kerutan, rambut pendek serta tangan kurus bagaikan kayu bakar, penuh dgn tonjolan urat hijau. Memang benar, Ayah Tiri sdh tua. Dgn hati² Ibu melepaskan sepasang sepatunya yg hampir rusak. Di bawah sinar temaram lampu neon, terlihat sebuah benjolan darah besar yg sdh membiru masuk dlm pandangan saya, tak tertahankan hati saya merasa sedih, air mata saya diam² menetes keluar…….. Keesokan hari ketika saya berangkat kuliah, Ayah Tiri mengatakan Beliau tdk enak badan, diluar dugaan Beliau tdk bisa bangun dr tempat tidur. Dlm perjalanan mengantar saya kuliah Ibu berkata, “Nak, kamu sdh dewasa, diluar sana semuanya tergantung pd diri sendiri. Sebenarnya Ayah Tirimu itu sangat menyayangimu, Dia sangat mengharapkanmu memanggilnya Ayah! Tetapi kamu……” Suara Ibu sesenggukan, saya menggigit bibir dgn suara lirih berkata, “Lain kali saja, Bu!” Setiap kali membayar uang kuliah, Ayah Tiri pasti pergi ke kota utk meminjam uang. Ketika liburan musim dingin & panas tiba, saya jarang berbicara dgn Ayah Tiri di rumah, Beliau sendiri juga jarang menanyakan keadaan saya. Tetapi kegembiraan Ayah Tiri bisa dirasakan setiap orang. Setiap kali kembali ke tempat kuliah, Ayah Tiri pasti akan mengantar sampai ke tempat yg cukup jauh. Sepanjang perjalanan Beliau kebanyakan hanya menghisap pipa rokoknya. Semua kata² yg ingin saya utarakan kpdnya tdk tahu hrs dimulai dr mana. Sebenarnya dlm hati kecil sejak dulu sdh menerimanya spt ayah kandung, cinta kasih kadang kala sangat sulit utk diutarakan! Dgn demikian saya selalu tdk bisa merealisasikan janji saya terhadap Ibu. Pd liburan thn baru, rumah terkesan ramai sekali. Saat itu saya sdh kuliah di semester-6. Adik meminta saya bercerita tentang hal² menarik di kota,Ayah Tiri duduk di belakang Ibu, sibuk mengeluarkan abu tembakau stlh itu memasukkan tembakau ke dlm pipa, wajahnya penuh dg senyum kebahagiaan. Saya bercerita ttg keadaan kota, Adik membelalakkan mata dgn penuh rasa ingin tahu. “Ah, teman sekelas kakak kebanyakan sdh mempunyai ponsel & laptop, sedangkan kakak sebuah arloji pun tdk punya.......” Pd akhirnya saya mengeluh dgn nada bergumam. Saat itu saya melihat wajah Ayah Tiri sedikit tegang, segera ada perasaan menyesal tlh mengucapkan kata itu. Saat liburan usai saya hrs meninggalkan rumah kembali kuliah. Spt biasa Ayah Tiri mengantarkan saya. Sepanjang perjalanan, bbrp kali Ayah Tiri memanggil saya, tetapi ketika saya menanggapi, dia membatalkan berbicara, sptnya mempunyai beban pikiran yg sangat berat. Saya sangat berharap Ayah Tiri bisa memulai topik pembicaraan, agar bisa berkomunikasi baik dgnnya, namun saya selalu kecewa. Ketika berpisah, Beliau berkata dgn kaku, “Saya tdk mempunyai kepandaian apa², tdk bisa membuat hidup kalian bahagia, saya sangat menyesalinya. Jika engkau sukses kelak, hrs berbakti pd Ibumu, biarkan Ibumu bisa menikmati hari tua dgn bahagia…” Saya menerima koper baju yg disodorkannya. Tiba² saya melihat sepasang matanya ber-kaca². Hati saya menjadi trenyuh, mendadak merasakan ada semacam dorongan hati yg ingin memanggilnya “Ayah”, tp kata yg tlh mengendap lama ini akan terlontar dari mulut, mendadak tertelan kembali. Ketika saya tlh berjalan jauh, saya lihat Ayah Tiri msh berdiri ditempat itu sama sekali tak bergerak, bagaikan patung. Dlm hati saya berjanji: ketika pulang nanti, saya pasti akan memanggilnya “Ayah”. Namun kesempatan itu tak pernah saya dapatkan lagi. Saya tak mengira perpisahan kali ini utk selamanya. 2 bln stlh itu saya mendapat kabar bahwa Ayah Tiri meninggal dunia. Bagaikan halilintar di siang bolong, benak saya menjadi kosong, serasa dunia ini sdh tiada lagi. Saya pulang dgn perasaan linglung, yg menyambut saya dirumah adlh pipa rokok berwarna coklat kehitaman yg tergantung di tembok. “Satu²nya hal yg paling disesali Ayah adlh tdk sehrsnya menamparmu, setiap kali mengantarmu kembali ke kampus, dia sangat ingin meminta maaf, tetapi ucapan itu selalu tak bisa keluar dr mulutnya. Sebenarnya mslh itu tdk bisa menyalahkan dirinya, kamu tdk tahu betapa sengsara hatinya, pipa itu adalah kesedihan seumur hidupnya!” Dgn hati pedih Ibu bercerita. Melihat benda peninggalan itu teringat pemiliknya, dgn hati² saya ambil pipa yg tergantung di tembok itu, pandangan mata saya kabur krn air mata, merasakan kesedihan yg menusuk hati. Ibu juga tergerak hatinya, dia lalu bercerita tentang misteri pipa rokok itu… 30 thn lalu, Ayah Tiri hidup saling bergantung dgn Ayahnya. Ibu dgn Ayah Tiri adlh teman sepermainan sejak kanak². Stlh mrk tumbuh dewasa, mrk sdh tak terpisahkan lagi. Tetapi jalinan kasih mrk mendapatkan tentangan keras Kakek, sebab keluarga Ayah Tiri terlalu miskin. Krn Ibu & Ayah Tiri dgn tegas mempertahankan hubungan mrk, Kakek terpaksa mengajukan sejumlah besar mas kawin kpd keluarga Ayah Tiri baru mau merestuinya. Demi anak satu²nya, Ayah dari Ayah Tiri itu pergi bekerja di perusahaan penambangan batu bara. Malang tak dpt ditolak, terjadi kecelakaan di tambang itu. Dinding tambang runtuh & menimbun sang Ayah utk selamanya. Barang peninggalan satu²nya hanyalah pipa rokok kesayangannya semasa hidup. Ayah tiri sangat sedih, seumur hidup orang yg paling dia hormati & sayangi adlh Ayahnya. Kemudian Ayah Tiri menyalahkan dirinya & merasakan penyesalan yg mendalam hingga tak ingin hidup lagi. Keesokan harinya dia diam² meninggalkan rumah dgn membawa pipa rokok itu, tak seorang pun tahu kemana perginya… Dua thn kemudian Ayah Tiri kembali lagi kekampung halamannya, tetapi 1 thn sebelum Ayah Tiri kembali, Ibu dipaksa utk menikah ( dgn ayah kandung saya). Utk selanjutnya Ayah Tiri tdk menikah, yg menemani hidupnya adlh sebatang pipa rokok yg tdk pernah lepas darinya. Stlh Ayah kandung meninggal, Ayah Tiri memberanikan diri menanggung segala tanggung jawab utk menjaga Ibu, Saya & Adik. Sejak awal Beliau menolak mempunyai anak sendiri, Beliau berkata kami ini adlh anak kandungnya. Selesai mendengarkan penuturan Ibu, tak terasa wajah saya penuh dgn air mata. Sungguh tak menduga jika pipa rokok itu bukan hanya memiliki kisah berliku perjalanan cinta mrk, namun juga mengandung ingatan yg amat berat seumur hidup Ayah Tiri! “Ayah Tiri meninggal dunia krn pendarahan otak, sebelumnya dia sudah tdk bisa berbicara, hanya memandang Ibu dgn tangannya menunjuk ke arah kotak kayu. Ibu mengerti maksudnya hendak memberikan kotak kayu tsb kpdmu. Di dlm kotak itu terdapat bbrp lembar surat hutang, mungkin dia bermaksud menyuruhmu membayarkan hutangnya. Seumur hidupnya, dia tak ingin berhutang pd orang lain….” Dgn sesenggukan saya menerima kotak kayu itu & membukanya dgn perlahan. Ada 8 lembar kertas di dlmnya. Saya membacanya & terkejut bukan main, tubuh menjadi lemas terkulai diatas ranjang. Ibu saya buta huruf, kertas² yg ada dlm kotak itu bukan surat hutang spt yg dikatakannya, melainkan tanda terima jual darah! Ayah tiri tlh menjual darahnya! Kepala saya terasa pusing & tangan saya lemas. Kotak kayu itu terjatuh, dr dlmnya menggelinding keluar sebuah alroji baru… “Ayah! Ayah..” Berlutut didepan kuburan Ayah Tiri dgn air mata bercucuran, saya hanya bisa me-nepuk² onggokan tanah merah yg ada dihadapan saya. Tetapi biar bgmnpun saya ber-teriak², tetap tak akan memanggil kembali bayangannya. Ketika saya pergi meninggalkan rumah, saya membawa pipa rokok coklat kehitaman itu, saya akan mendampingi pipa ini utk seumur hidup saya, mengenang Ayah Tiri utk selamanya. *** "Jangan sampai terjadi penyesalan atas perbuatan Anda selama ini, lakukan semua yang terbaik kpd orang² yg tlh berkorban banyak bagi masa depan Anda. Sayangi & hargailah mereka!!!" Sekarang saatnya sista, jangan tunggu nanti.. apalagi esok..!
Share

Kisah Cinta Suci


Serasi
Lahirnya Sitti Fatimah Azzahra r.a. merupakan rahmat yg dilimpahkan llahi kepada Nabi Muhammad s.a.w. Ia telah menjadi wadah suatu keturunan yg suci. Ia laksana benih yg akan menumbuhkan pohon besar pelanjut keturunan Rasul Allah s.a.w. Ia satu-satunya yg menjadi sumber keturunan paling mulia yg dikenal umat Islam di seluruh dunia. Sitti Fatimah Azzahra r.a. dilahirkan di Makkah pada hari Jumaat 20 Jumadil Akhir kurang lbh lima tahun sebelum bi’tsah.
Sitti Fatimah Azzahra r.a. tumbuh dan berkembang di bawah naungan wahyu Ilahi di tengah kancah pertarungan sengit antara Islam dan Jahiliyah di kala sedang gencar-gencarnya perjuangan para perintis iman melawan penyembah berhala.
Dalam keadaan masih kanak-kanak Sitti Fatimah Azzahra r.a. sudah harus mengalami penderitaan merasakan kehausan dan ke­laparan. Ia berkenalan dgn pahit getirnya perjuangan menegak­kan kebenaran dan keadilan. Lebih dari tiga tahun ia bersama ayah bundanya hidup menderita di dalam Syi’ib akibat pemboikotan orang-orang kafir Qureiys terhadap keluarga Bani Hasyim.
Setelah bebas dari penderitaan jasmaniah selama di Syi’ib da­tang pula pukulan batin atas diri Sitti Fatimah Azzahra r.a. be­rupa wafatnya bunda tercinta Sitti Khadijah r.a. Kabut sedih selalu menutupi kecerahan hidup sehari-hari dgn putusnya sumber kecintaan dan kasih sayang ibu.

Puteri Kesayangan
Rasul Allah s.a.w. sangat mencintai puterinya ini. Sitti Fati­mah Azzahra r.a. adl puteri bungsu yg paling disayang dan di­kasihani junjungan kita Rasul Allah s.a.w. Nabi Muhammad s.a.w. merasa tak ada seorang pun di dunia yg paling berkenan di hati beliau dan yg paling dekat disisinya selain puteri bungsunya itu.
Demikian besar rasa cinta Rasul Allah s.a.w. kepada puteri bungsunya itu dibuktikan dgn hadits yg diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Menurut hadits tersebut Rasul Allah s.a.w. berkata kepada Imam Ali r.a. demikian:
“Wahai Ali! Sesungguhnya Fatimah adl bagian dari aku. Dia adl cahaya mataku dan buah hatiku. Barang siapa menyusahkan dia ia menyu­sahkan aku dan siapa yg menyenangkan dia ia menyenangkan aku…”
Pernyataan beliau itu bukan sekedar cetusan emosi melain­kan suatu penegasan bagi umatnya bahwa puteri beliau itu meru­pakan lambang keagungan abadi yg ditinggalkan di tengah ummatnya.
Di kala masih kanak-kanak Sitti Fatimah Azzahra r.a. me­nyaksikan sendiri cobaan yg dialami oleh ayah-bundanya baik berupa gangguan-gangguan maupun penganiayaan-penganiayaan yg dilakukan orang-orang kafir Qureiys. Ia hidup di udara Makkah yg penuh dgn debu perlawanan orang-orang kafir ter­hadap keluarga Nubuwaah keluarga yg menjadi pusat iman hi­dayah dan keutamaan. Ia menyaksikan ketangguhan dan ke­tegasan orang-orang mukminin dalam perjuangan gagah berani menanggulangi komplotan-komplotan Qureiys. Suasana perjua­ngan itu membekas sedalam-dalamnya pada jiwa Sitti Fatimah Azzahra r.a. dan memainkan peranan penting dalam pembentukan pribadinya serta mempersiapkan kekuatan mental guna mengha­dapi kesukaran-kesukaran di masa depan.
Setelah ibunya wafat Sitti Fatimah Azzahra r.a. hidup ber­sama ayahandanya. Satu-satunya orang yg paling dicintai. Ialah yg meringankan penderitaan Rasul Allah s.a.w. tatkala ditinggal wafat isteri beliau Sitti Khadijah. Pada satu hari Sitti Fatimah Azzahra r.a. menyaksikan ayahnya pulang dgn ke­pala dan tubuh penuh pasir yg baru saja dilemparkan oleh orang-orang Qureys di saat ayahandanya itu sedang sujud. Dengan hati remuk-redam laksana disayat sembilu Sitti Fatimah r.a. se­gera membersihkan kepala dan tubuh ayahandanya. Kemudian diambilnya air guna mencucinya. Ia menangis tersedu-sedu me­nyaksikan kekejaman orang-orang Qureisy terhadap ayahnya.
Kesedihan hati puterinya itu dirasakan benar oleh Nabi Mu­hammad s.a.w. Guna menguatkan hati puterinya dan meringankan rasa sedihnya maka Nabi Muhammad s.a.w. sambil membelai-be­lai kepala puteri bungsunya itu berkata: “Jangan menangis.. Allah melindungi ayahmu dan akan memenangkannya dari musuh-­musuh agama dan risalah-Nya”
Dengan tutur kata penuh semangat itu Rasul Allah s.a.w. menanamkan daya-juang tinggi ke dalam jiwa Sitti Fatimah r.a. dan sekaligus mengisinya dgn kesabaran ketabahan serta keper­cayaan akan kemenangan akhir. Meskipun orang-orang sesat dan durhaka seperti kafir Qureiys itu senantiasa mengganggu dan melakukan penganiayaan-penganiayaan namun Nabi Muhammad s:a.w. tetap melaksanakan tugas risalahnya.
Pada ketika lain lagi Sitti Fatimah r.a. menyaksikan ayahan­danya pulang dgn tubuh penuh dgn kotoran kulit janin unta yg baru dilahirkan. Yang melemparkan kotoran atau najis ke punggung Rasul Allah s.a.w. itu Uqbah bin Mu’aith Ubaiy bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf. Melihat ayahandanya berlu­muran najis Sitti Fatimah r.a. segera membersihkannya dgn air sambil menangis.
Nabi Muhammad rupanya menganggap perbuatan ketiga kafir Qureiys ini sudah keterlaluan. Karena itulah maka pada wak­tu itu beliau memanjatkan doa kehadirat Allah s.w.t.: “Ya Allah celakakanlah orang-orang Qureiys itu. Ya Allah binasakanlah ‘Uqbah bin Mu’aith. Ya Allah binasakanlah Ubay bin Khalaf dan Umayyah bin Khalaf”
Masih banyak lagi pelajaran yg diperoleh Sitti Fatimah dari penderitaan ayahandanya dalam perjuangan menegakkan ke­benaran Allah. Semuanya itu menjadi bekal hidup baginya utk menghadapi masa mendatang yg berat dan penuh cobaan. Ke­hidupan yg serba berat dan keras di kemudian hari memang memerlukan mental gemblengan.

Hijrah ke Madinah
Tepat pada saat orang-orang kafir Qureiys selesai memper­siapkan komplotan terror utk membunuh Rasul Allah s.a.w. Madinah telah siap menerima kedatangan beliau. Nabi Muhammad meninggalkan kota Makkah secara diam-diam di tengah kegelapan malam. Beliau bersama Abu Bakar Ash Shiddiq meninggalkan kampung halaman keluarga tercinta dan sanak famili. Beliau ber­hijrah seperti dahulu pernah juga dilakukan Nabi Ibrahim as. dan Musa a.s.
Di antara orang-orang yg ditinggalkan Nabi Muhammad s.a.w. termasuk puteri kesayangan beliau Sitti Fatimah r.a. dan putera paman beliau yg diasuh dgn kasih sayang sejak kecil yaitu Imam Ali r.a. yg selama ini menjadi pembantu terpercaya beliau.
Imam Ali r.a. sengaja ditinggalkan oleh Nabi Muhammad utk melaksanakan tugas khusus: berbaring di tempat tidur beliau guna mengelabui mata komplotan Qureiys yg siap hen­dak membunuh beliau. Sebelum Imam Ali r.a. melaksanakan tugas tersebut ia dipesan oleh Nabi Muhammad s.a.w. agar barang-­barang amanat yg ada pada beliau dikembalikan kepada pemilik­nya masing-masing. Setelah itu bersama semua anggota keluarga Rasul Allah s.a.w. segera menyusul berhijrah.
Imam Ali r.a. membeli seekor unta utk kendaraan bagi wanita yg akan berangkat hijrah bersama-sama. Rombongan hijrah yg menyusul perjalanan Rasul Allah s.a.w. terdiri dari keluarga Bani Hasyim dan dipimpin sendiri oleh Imam Ali r.a. Di dalam rombongan Imam Ali r.a. ini termasuk Sitti Fatimah r.a. Fatimah binti Asad bin Hasyim Fatimah binti Zubair bin Abdul Mutthalib dan Fatimah binti Hamzah bin Abdul Mutthalib. Aiman dan Abu Waqid Al Laitsiy ikut ber­gabung dalam rombongan.
Rombongan Imam Ali r.a. berangkat dalam keadaan terburu-­buru. Perjalanan ini tidak dilakukan secara diam-diam. Abu Waqid berjalan cepat-cepat menuntun unta yg dikendarai para wanita agar jangan terkejar oleh orang-orang kafir Qureiys. Mengetahui hal itu Imam Ali r.a. segera memperingatkan Abu Waqid supaya berjalan perlahan-lahan krn semua penumpangnya wanita. Rombongan berjalan melewati padang pasir di bawah sengatan terik matahari.
Imam Ali r.a. sebagai pemimpin rombongan berangkat de­ngan semangat yg tinggi. Beliau siap menghadapi segala ke­mungkinan yg bakal dilakukan orang-orang kafir Qureiys terhadap rombongan. Ia bertekad hendak mematahkan moril dan kecongkakan mereka. Untuk itu ia siap berlawan tiap saat.
Mendengar rombongan Imam Ali r.a. berangkat orang-orang Qureiys sangat penasaran. Lebih-lebih krn rombongan Imam Ali r.a. berani meninggalkan Makkah secara terang-terangan di siang hari. Orang-orang Qureiys menganggap bahwa keberanian Imam Ali r.a. yg semacam itu sebagai tantangan terhadap mereka.
Orang-orang Qureiys cepat-cepat mengirim delapan orang anggota pasukan berkuda utk mengejar Imam Ali r.a. dan rombongan. Pasukan itu ditugaskan menangkapnya hidup-hidup atau mati. Delapan orang Qureiys itu di sebuah tempat bernama Dhajnan berhasil mendekati rombongan Imam Ali r.a.
Setelah Imam Ali r.a. mengetahui datangnya pasukan ber­kuda Qureiys ia segera memerintahkan dua orang lelaki anggota rombongan agar menjauhkan unta dan menambatnya. Ia sendiri kemudian menghampiri para wanita guna membantu menurun­kan mereka dari punggung unta. Seterusnya ia maju seorang diri menghadapi gerombolan Qureisy dgn pedang terhunus. Rupa­nya Imam Ali r.a. hendak berbicara dgn bahasa yg dimenger­ti oleh mereka. Ia tahu benar bagaimana cara menundukkan me­reka.
Melihat Imam Ali r.a. mendekati mereka gerombolan Qu­reiys itu berteriak-teriak menusuk perasaan: “Hai penipu apa­kah kaukira akan dapat menyelamatkan perempuan-perempuan itu? Ayo kembali! Engkau sudah tidak berayah lagi.”
Imam Ali r.a. dgn tenang menanggapi teriakan-teriakan gerombolan Qureiys itu. Ia bertanya: “Kalau aku tidak mau ber­buat itu..?”
“Mau tidak mau engkau harus kembali” sahut gerombolan Qureiys dgn cepat.
Mereka lalu berusaha mendekati unta dan rombongan wa­nita. Imam Ali r.a. menghalangi usaha mereka. Jenah seorang hamba sahaya milik Harb bin Umayyah mencoba hendak me­mukul Imam Ali r.a. dari atas kuda. Akan tetapi belum sem­pat ayunan pedangnya sampai hantaman pedang Imam Ali r.a. telah mendahului tiba di atas bahunya. Tubuhnya terbelah men­jadi dua sehingga pedang Imam Ali r.a. sampai menancap pada punggung kuda. Serangan-balas secepat kilat itu sangat menggetar­kan teman-teman Jenah. Sambil menggeretakkan gigi Imam Ali r.a. berkata: “Lepaskan orang-orang yg hendak berangkat berjuang! Aku tidak akan kembali dan aku tidak akan menyem­bah selain Allah Yang Maha Kuasa!”
Gerombolan Qureiys mundur. Mereka meminta kepada Imam Ali r.a. utk menyarungkan kembali pedangnya. Imam Ali r.a. dgn tegas menjawab: “Aku hendak berangkat menyusul sau­daraku putera pamanku Rasul Allah. Siapa yg ingin kurobek-­robek dagingnya dan kutumpahkan darahnya cobalah maju men­dekati aku!”
Tanpa memberi jawaban lagi gerombolan Qureiys itu se­gera meninggalkan tempat. Kejadian ini mencerminkan watak konfrontasi bersenjata yg bakal datang antara kaum muslimin melawan agresi kafir Qureiys.
Di Dhajnan rombongan Imam Ali r.a. beristirahat semalam. Ketika itu tiba pula Ummu Aiman . Ia menyusul anak­nya yg telah berangkat lbh dahulu bersama Imam Ali r.a. Ber­sama Ummu Aiman turut pula sejumlah orang muslimin yg berangkat hijrah. Keesokan harinya rombongan Imam Ali r.a. be­serta rombongan Ummu Aiman melanjutkan perjalanan. Imam Ali r.a. sudah rindu sekali ingin segera bertemu dgn Rasul Allah s.a.w.
Waktu itu Rasul Allah s.a.w. bersama Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. sudah tiba dekat kota Madinah. Untuk beberapa waktu beliau tinggal di Quba. Beliau menantikan kedatangan rombongan Imam Ali r.a. Kepada Abu Bakar Ash Shiddiq Rasul Allah s.a.w. mem­beritahu bahwa beliau tidak akan memasuki kota Madinah sebelum putera pamannya dan puterinya sendiri datang.
Selama dalam perjalanan itu Imam Ali r.a. tidak berkendara­an sama sekali. Ia berjalan kaki-telanjang menempuh jarak kl 450 km sehingga kakinya pecah-pecah dan membengkak. Akhirnya ti­balah semua anggota rombongan dgn selamat di Quba. Betapa gembiranya Rasul Allah s.a.w. menyambut kedatangan orang-o­rang yg disayanginya itu.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w. melihat Imam Ali r.a. tidak sanggup berjalan lagi krn kakinya membengkak beliau me­rangkul dan memeluknya seraya menangis krn sangat terharu. Beliau kemudian meludah di atas telapak tangan lalu diusapkan pada kaki Imam Ali r.a. Konon sejak saat itu sampai wafatnya Imam Ali r.a. tidak pernah mengeluh krn sakit kaki.
Peristiwa yg sangat mengharukan itu berkesan sekali dalam hati Rasul Allah s.a.w. dan tak terlupakan selama-lamanya. Ber­hubung dgn peristiwa itu turunlah wahyu Ilahi yg memberi penilaian tinggi kepada kaum Muhajirin seperti terdapat dalam Surah Ali ‘Imran:195.

Ijab-Kabul Pernikahan
Sitti Fatimah Azzahra r.a. mencapai puncak keremajaannya dan kecantikannya pada saat risalah yg dibawakan Nabi Muha­mmad s.a.w. sudah maju dgn pesat di Madinah dan sekitarnya. Ketika itu Sitti Fatimah Azzahra r.a. benar-benar telah menjadi remaja puteri.
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.

”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”. Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan.
Itulah keberanian.
Atau mempersilakan.
Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
Pada suatu hari Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. Umar Ibnul Kha­tab r.a. dan Sa’ad bin Mu’adz bersama-sama Rasul Allah s.a.w. duduk dalam mesjid beliau. Pada kesempatan itu diperbincangkan antara lain persoalan puteri Rasul Allah s.a.w. Saat itu beliau ber­tanya kepada Abu Bakar Ash Shiddiq r.a.: “Apakah engkau bersedia menyampaikan persoalan Fatimah itu kepada Ali bin Abi Thalib?”
Abu Bakar Ash Shiddiq menyatakan kesediaanya. Ia beranjak utk menghubungi Imam Ali r.a. Sewaktu Imam Ali r.a. melihat datangnya Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. dgn tergopoh-­gopoh dan terperanjat ia menyambutnya kemudian bertanya: “Anda datang membawa berita apa?”
Setelah duduk beristirahat sejenak Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. segera menjelaskan persoalannya: “Hai Ali engkau ada­lah orang pertama yg beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mempunyai keutamaan lbh dibanding dgn orang lain. Semua sifat utama ada pada dirimu. Demikian pula engkau ada­lah kerabat Rasul Allah s.a.w. Beberapa orang sahabat terkemuka telah menyampaikan lamaran kepada beliau utk dapat mem­persunting puteri beliau. Lamaran itu oleh beliau semuanya di­tolak. Beliau mengemukakan bahwa persoalan puterinya diserah­kan kepada Allah s.w.t. Akan tetapi hai Ali apa sebab hingga se­karang engkau belum pernah menyebut-nyebut puteri beliau itu dan mengapa engkau tidak melamar utk dirimu sendiri? Ku­harap semoga Allah dan Rasul-Nya akan menahan puteri itu un­tukmu.”
Mendengar perkataan Abu Bakar r.a. mata Imam Ali r.a. ber­linang-linang. Menanggapi kata-kata itu Imam Ali r.a. berkata: “Hai Abu Bakar anda telah membuat hatiku goncang yg se­mulanya tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yg sudah kulupakan. Demi Allah aku memang menghendaki Fatimah tetapi yg menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah ka­rena aku tidak mempunyai apa-apa.”
Abu Bakar r.a. terharu mendengar jawaban Imam Ali yg memelas itu. Untuk membesarkan dan menguatkan hati Imam Ali r.a. Abu Bakar r.a. berkata: “Hai Ali janganlah engkau ber­kata seperti itu. Bagi Allah dan Rasul-Nya dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu bertaburan belaka!”
Setelah berlangsung dialog seperlunya Abu Bakar r.a. ber­hasil mendorong keberanian Imam Ali r.a. utk melamar puteri Rasul Allah s.a.w.
Beberapa waktu kemudian Imam Ali r.a. datang menghadap Rasul Allah s.a.w. yg ketika itu sedang berada di tempat ke­diaman Ummu Salmah. Mendengar pintu diketuk orang Ummu Salmah bertanya kepada Rasul Allah s.a.w.: “Siapakah yg me­ngetuk pintu?” Rasul Allah s.a.w. menjawab: “Bangunlah dan bu­kakan pintu baginya. Dia orang yg dicintai Allah dan Rasul-­Nya dan ia pun mencintai Allah dan Rasul-Nya!”
Jawaban Nabi Muhammad s.a.w. itu belum memuaskan Ummu Salmah r.a. Ia bertanya lagi: “Ya tetapi siapakah dia itu?”
“Dia saudaraku orang kesayanganku!” jawab Nabi Mu­hammad s.a.w.
Tercantum dalam banyak riwayat bahwa Ummu Salmah di kemudian hari mengisahkan pengalamannya sendiri mengenai kunjungan Imam Ali r.a. kepada Nabi Muhammad s.a.w. itu: “Aku berdiri cepat-cepat menuju ke pintu sampai kakiku ter­antuk-antuk. Setelah pintu kubuka ternyata orang yg datang itu ialah Ali bin Abi Thalib. Aku lalu kembali ke tempat semula. Ia masuk kemudian mengucapkan salam dan dijawab oleh Rasul Allah s.a.w. Ia dipersilakan duduk di depan beliau. Ali bin Abi Thalib menundukkan kepala seolah-olah mempunyai maksud tetapi malu hendak mengutarakannya.
Rasul Allah mendahului berkata: “Hai Ali nampaknya eng­kau mempunyai suatu keperluan. Katakanlah apa yg ada dalam fikiranmu. Apa saja yg engkau perlukan akan kauperoleh dariku!”
Mendengar kata-kata Rasul Allah s.a.w. yg demikian itu lahirlah keberanian Ali bin Abi Thalib utk berkata: “Maafkan­lah ya Rasul Allah. Anda tentu ingat bahwa anda telah mengambil aku dari paman anda Abu Thalib dan bibi anda Fatimah binti Asad di kala aku masih kanak-kanak dan belum mengerti apa-apa.
Sesungguhnya Allah telah memberi hidayat kepadaku melalui anda juga. Dan anda ya Rasul Allah adl tempat aku bernaung dan anda jugalah yg menjadi wasilahku di dunia dan akhirat. Setelah Allah membesarkan diriku dan sekarang menjadi dewasa aku ingin berumah tangga; hidup bersama seorang isteri. Sekarang aku datang menghadap utk melamar puteri anda Fatimah. Ya Rasul Allah apakah anda berkenan menyetujui dan menikahkan diriku dgn dia?”
Ummu Salmah melanjutkan kisahnya: “Saat itu kulihat wajah Rasul Allah nampak berseri-seri. Sambil tersenyum beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali apakah engkau mem­punyai suatu bekal maskawin?” .
“Demi Allah” jawab Ali bin Abi Thalib dgn terus terang “Anda sendiri mengetahui bagaimana keadaanku tak ada sesuatu tentang diriku yg tidak anda ketahui. Aku tidak mempunyai apa-apa selain sebuah baju besi sebilah pedang dan seekor unta.”
“Tentang pedangmu itu” kata Rasul Allah s.a.w. menanggapi jawaban Ali bin Abi Thalib “engkau tetap membutuhkannya utk melanjutkan perjuangan di jalan Allah. Dan untamu itu engkau juga butuh utk keperluan mengambil air bagi keluargamu dan juga engkau memerlukannya dalam perjalanan jauh. Oleh ka­rena itu aku hendak menikahkan engkau hanya atas dasar maska­win sebuah baju besi saja. Aku puas menerima barang itu dari ta­nganmu. Hai Ali engkau wajib bergembira sebab Allah ‘Azza wa­jalla sebenarnya sudah lbh dahulu menikahkan engkau di langit sebelum aku menikahkan engkau di bumi!” Demikian versi riwa­yat yg diceritakan Ummu Salmah r.a.
Setelah segala-galanya siap dgn perasaan puas dan hati gembira dgn disaksikan oleh para sahabat Rasul Allah s.a.w. mengucapkan kata-kata ijab kabul pernikahan puterinya: “Bahwa­sanya Allah s.w.t. memerintahkan aku supaya menikahkan engkau Fatimah atas dasar maskawin 400 dirham . Mudah-mudahan engkau dapat menerima hal itu.”
“Ya Rasul Allah itu kuterima dgn baik” jawab Ali bin Abi Thalib r.a. dalam pernikahan itu.
Rumah Tangga Sederhana
Maskawin sebesar 400 dirham itu diserahkan kepada Abu Bakar r.a. utk diatur penggunaannya. Dengan persetujuan Ra­sul Allah s.a.w. Abu Bakar r.a. menyerahkan 66 dirham kepada Ummu Salmah utk “biaya pesta” perkawinan. Sisa uang itu dipergunakan utk membeli perkakas dan peralatan rumah tangga.
-sehelai baju kasar perempuan;
-sehelai kudung;
-selembar kain Qathifah buatan khaibar berwarna hitam;
-sebuah balai-balai;.
-dua buah kasur terbuat dari kain kasar Mesir ;
-empat buah bantal kulit buatan Thaif ;
-kain tabir tipis terbuat dari bulu;
-sebuah tikar buatan Hijr;
-sebuah gilingan tepung;
-sebuah ember tembaga;
-kantong kulit tempat air minum;
-sebuah mangkuk susu;
-sebuah mangkuk air;
-sebuah wadah air utk sesuci;
-sebuah kendi berwarna hijau;
-sebuah kuali tembikar;
-beberapa lembar kulit kambing;
-sehelai ‘aba-ah ;
-dan sebuah kantong kulit tempat menyimpan air.
Sejalan dgn itu Imam Ali r.a. mempersiapkan tempat kediamannya dgn perkakas yg sederhana dan mudah di­dapat. Lantai rumahnya ditaburi pasir halus. Dari dinding ke din­ding lain dipancangkan sebatang kayu utk menggantungkan pakaian. Untuk duduk-duduk disediakan beberapa lembar kulit kambing dan sebuah bantal kulit berisi ijuk kurma. Itulah rumah kediaman Imam Ali r.a. yg disiapkan guna menanti kedatangan isterinya Sitti Fatimah Azzahra r.a.
Selama satu bulan sesudah pernikahan Sitti Fatimah r.a. masih tetap di rumahnya yg lama. Imam Ali r.a. merasa malu utk menyatakan keinginan kepada Rasul Allah s.a.w. supaya puterinya itu diperkenankan pindah ke rumah baru. Dengan dite­mani oleh salah seorang kerabatnya dari Bani Hasyim Imam Ali r.a. menghadap Rasul Allah s.a.w. Lebih dulu mereka me­nemui Ummu Aiman pembantu keluarga Nabi Muhammad s.a.w. Kepada Ummu Aiman Imam Ali r.a. menyampaikan keinginan­nya.
Setelah itu Ummu Aiman menemui Ummu Salmah r.a. guna menyampaikan apa yg menjadi keinginan Imam Ali r.a. Sesu­dah Ummu Salmah r.a. mendengar persoalan tersebut ia terus pergi mendatangi isteri-isteri Nabi yg lain.
Guna membicarakan persoalan yg dibawa Ummu Salmah r.a. para isteri Nabi Muhammad s.a.w. berkumpul. Kemudian mereka bersama-sama menghadap Rasul Allah s.a.w. Ternyata beliau menyambut gembira keinginan Imam Ali r.a.

Share

Galau tingkat tinggi


sumpahh..... 2 minggu ini galaaauuuuuuuuuuu.... BGT.... 
gw gak produktif, waktu terbuang sia-sia, gak ada disain baru, gak ada barang yang jadi alhasil gak dapet income  Aaaaaaaaagggggggggggghhhhhh....apa yang udah gw lakuin ini bener-bener kerugian besaaarrr

Ohh... god... pleaseeee halp me! come back my spirit, i need you so MUCH...
without you i can't do anything, hix..hix...hix...forget it!

bahaya klo gini terus, bisa-bisa target gw tahun ini pending semuaaa
gw gak mau itu terjadi, entah apa rencana tuhan saat ini? kalau dengan ini kesabaran gw sedang di uji? kalau memang benar OK.. saya akan hadapi dengan sabar, tapi ya allah jangan lama-lama yach... aku hanyalah manusia biasa yang tidak akan lepas dari kesalahan sebagai manusia yang kurang sabaran hehe...  i know that i can do better!

mencoba untuk lebih berfikir positif akan lebih baik membuat hati ini lebih plong itu solusinya. mungkin memang belum waktunya gw jadi bos kecil, but so far i really hope

gw punya mimpi besar dan sekarang sedang dalam proses jungkir balik, kalau kata motivator mau sukses itu butuh kerja keras dan ini lah salah satu kerja keras yang gw hadepin yaitu GALAU. inget allah itu pemberi jalan buat orang-orang yang mau berusaha.

bagai mana cara mengisi semangat lagi? gampang jalan-jalan sama temen yang punya semangat besar, baca lagi artikel-artikel motifasi yang udah lama gw kumpulin, inget selalu apa yang lw inginin setelah itu biar tangan tuhan yang bekerja. lillahitaala..... semoga mimpiku menjadi nyata AMINN
 
Share

Senja ku

Bulan januari –februari emang lagi rajin-rajinnya hujan datang untuk mampir, setiap hari hujan, angin kencang selalu lewat ke rumah. Bukannya gak bersyukur hujan tetaplah sebuah anugrah karna memang daerah Jakarta sedang terjadi krisis air bersih sebelumnya. Tapi ada satu moment yang tidak dapat aku liat seperti biasa saat hari sedang cerah dan moment itu tidak bisa aku liat saat hujan, biasanya setiap sore lebih kurang jam 16.30 aku sudah stay di dalam kamar hahah seperti sedang nonton bioskop ada pemutaran film yang bisa aku lihat pada jam- jam segitu, bukan film bergenre romantis, perang ataupun jadul alias jaman dulu. Film yang satu ini patut untuk dikagumi karena tidak seorang pun yang bisa membuat alur nya ceritanya mengalir mengikuti putaran waktu. Dari tempat tidur ini aku bisa melihat indahnya langit senja. Aku tidak melihat waktu saat-saat ini terjadi,  karna tidak selalu sama kira-kira sebelum azan magrib. Inilah keindahan warnanya 

Dan moment yang selalu aku tunggu di sore hari, aku suka dengan alam dan inilah salah satu kebahagiaanku dengan alam yang ini aku bagi. Perpaduan warna yang begitu mengagumkan  yang dapat berganti-ganti setiap waktunya. Tapi saat ini keindahan itu  jarang aku temui walaupun sesekali pernah juga. Tenang saja jika umurku panjang pemandangan ini akan sering aku lihat dari dalam kamar. AMIN

Share

Best movie


Setelah sekian lama pengen ngepost cerita Up ini akhirnya sekarang kesampaian jg. Saat nonton kartun ini, mungkin ini movie yang paling menyentuh yg dikeluarin oleh Pixar menurutku. Mulai dari ceritanya yang keren sampai tokoh-tokohnya yang lucu lengkap sudah rasanya yang bikin aku jatuh hati dengan kartun yang satu ini. Gak salah klo kartun yang berjudul “UP” ini dapet banyak penghargaan. Bagi yang belum nonton movie ini, sebaiknya cepet cari filmnya terserah deh gimana dapetinnya yang jelas gak akan nyesel kalau udah nonton kartunnya. nih kalau penasaran sama ceritanya, plot Up

Banyak cerita yang menyentuh dari kartun ini dan yang buat aku nangis adalah kesetian carl dengan ellie, indah banget rasanya sekaligus iri   huhhh..... walaupun cobaan yang di dapat elllie yang membuat mereka tidak mendapatkan keturunan karena penyakit yang diiderita ellie. hidup hanya berdua hingga ajal yang memisahkan mereka. tidak bisa ku bayangkan bagaimana jika aku berada di posisi carl. bagaimana jika aku tidak bisa ikhlas menerima kenyataan bahwa orang yang aku sayangi dan bagian dari diriku sudah pergi untuk selamanya. ya allah aku takut membayangkannya, binggung rasanya jika disuruh memilih siapa yang lebih baik pergi lebih dahulu, aku takut jika ditinggal dengan orang yang kusayangi tapi aku juga sedih jika aku meninggalkannya. biarlah itu jadi rahasia ilahi....

Dibalik kesedihan pasti ada kebahagiaan dan ini yang aku suka hehehe. hadirnya sosok seorang russell. dari awal munculnya anak pramungka ini sudah membuatku tertawa. dengan polosnya ia ingin membatu carl untuk mendapatkan pin agar sabuk yang di dadanya terisi. dan dimulailah pertualangannya dengan russel. Sosok russell di film ini yang mencairkan rasa sedih ku menjadi keceriaan seorang anak yang semangat yang berjiwa penolong walau selalu membuat jengkel carl. tapi dia punya hati yang penolong saat ia menyelesaikan misinya membantu carl mencapai tujuannya ke Paradise Falls, russell memutuskan untuk menyelamatkan kevin burung raksasa yang langka. aku rasa itulah kehebatan dari seorang russell, ia anak yang pemberani. kejadian-kejadian lucu yang dialami russell dalam pertualangannya
Hingga diakhir cerita carl dan russell mendapatkan apa yang mereka inginkan serta mendapat teman baru yaitu dug ^_^.yaahhhh aku sukaaa dengan cerita yang happy ending
Share