Si nenek super

Tanggal 6 des 2011, 12.03 am. Malam ini aku belajar dari seorang nenek. Walau aku tidak tahu pasti berapa umurnya mungkin dia lebih tua dari umur ibuku, dengan postur tubuh yang terbilang seksi untuk usianya, hanya saja wajahnya yang kurang terawat terdapat banyak kerutan disana sini, walau dia tidak peduli dengan kerutan diwajahnya tapi dia peduli dengan penampilannya. Malam ini cukup mengagetkan pakaian pink dengan lengan tangtop dengan terusan pendek diatas tutut tampak terlihat jelas tali branya dengan angin malam yang mengelilinginya tak terbayang olehku bagaimana dinginnya seasana malam diluar, dari dalam kamar atas rumah aku lihat dia tepat diseberang gerbang, kami menjulukinya nenek okem. Ya  karena dia orang yang tomboi
Bukan sesuatu yang aneh, seperti hari-hari sebelumnya melihat si nenek bergelut dengan botol2 dan gelas plastic kesukaannya hehe. Walau sebagaian orang itu pekerjaan yang menjijikan  tapi berbeda untuk orang yang satu ini. Melihat botol dan gelas plastic berumpuk dihadapannya raut wajah kebahagian yang terpancar di wajahnya  seperti melihat setumpuk uang mengelilinginya, dengan  semangat, riang, senyum yang melebar yang ia berikan dari wajahnya  saat setiap orang yang ia kenal lewat didekatnya, dan ini yang paling aku suka darinya dia orang yang pekerja keras. Saat sebagian besar orang sedang menikmati tidur malamnya tapi malam ini ku lihat dia dengan antusiasnya merapihkan ratusan gelas dan botol plastiknya sifatnya yang periang dan mudah berbaur dengan orang lain yang membuatnya dikenal dengan banyak orang, dari yang kulihat lebih didominasi teman lelaki.
Malam ini dengan ditemani dengan dinginnya udara malam, sebatang rokok di mulut dan sebuah pisau yang digenggamnya untuk merobek tutup gelas plastic lalu ditumpuk menjadi tinggi menjulang dengan lihai tangannya bekerja seakan-akan pekerjaan yang telah lama ia geluti, tapi sepertinya ada yang kurang dari biasanya yaitu secangkir kopi yang kali ini tidak kulihat.  sedih memang melihatnya  saat usia yang terus bertambah tapi tak bersirat rasa lelah dari wajahnya yang seakan itulah pekerjaan yang dia sukai. Tak pantas rasanya jika aku meremehkan pekerjaannya,  yang ada rasa malu terbersit di hati ini mungkin jika dibandingkan keuntungan yang ia dapat jauh lebih besar dari usahaku sekarang. Karena yang ia lakukan adalah pekerjaan yang halal di mata Tuhan.


Share

0 komentar:

Posting Komentar